Arliandy Pratama - GIS untuk Project Work Sipil Jilid 1

i

ii

iii GIS UNTUK PROJECT WORK SIPIL JILID 1 Arliandy P. Arbad

iv

v GIS UNTUK PROJECT WORK SIPIL JILID 1

vi Hak Cipta Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta • Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). • Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). • Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/ a tau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/ a tau pidana denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). • Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

vii GIS UNTUK PROJECT WORK SIPIL JILID 1 Arliandy P. Arbad Penerbit PNJ Press Anggota APPTI No: 001.004.1.06.2018

viii GIS UNTUK PROJECT WORK SIPIL JILID 1 Arliandy P. Arbad Editor Nunung Martina, Rimsky K. Judisseno Desain Sampul Dimas Surya Perdana Tata Letak Arliandy P. Arbad Penerbit PNJ Press Gedung Q, Politeknik Negeri Jakarta, Jl. G.A. Siwabessy, Kampus Baru UI, Depok Cetakan Pertama, November 2021 ISBN : 978-623-7342-83-0 Hak Cipta Dilindungi Oleh Undang-Undang Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

ix PRAKATA Syukur alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku yang berjudul GIS UNTUK PROJECT WORK SIPIL JILID 1. Buku ajar GIS Untuk Project Work Sipil Jilid 1 ini membahas konsep pemetaan digital yang terintegrasi untuk menghasilkan peta tematik digital, dilengkapi dengan contoh-contoh penerapan data yang relevan terhadap capaian pembelajaran siswa. Untuk menyempurnakan buku ajar GIS Untuk Project Work Sipil Jilid 1. diperlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan penyusunan buku ajar ini serta bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan bagi penyusunan buku ajar selanjutnya. Depok, Juni 2021 Penulis

x KATA PENGANTAR Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT. Tuhan YME yang telah memberi kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan buku GIS UNTUK PROJECT WORK SIPIL JILID 1. Dalam buku ini akan dibicarakan mengenai pengetahuan dasar pemetaan menggunakan GIS, pemanfaatan data spasial, penyajian dan pengolahan data dengan basis data geospasial dalam proyek pekerjaan sipil. Pembelajaran pada pendidikan vokasional adalah di titik beratkan pada praktik bukan teori. Artinya mahasiswa lebih cenderung terampil dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang ditemukan dalam proyek seperti mengambil data dan menganalisis data, menyajikan data dan mengkomunikasikan hasilnya. Akhirnya, semoga buku ajar ini dapat dijadikan sharing ilmu penegetahuan dan bekal bagi para mahasiswa, para surveyor maupun praktisi proyek di tanah air. Depok, Juni 2021 Penulis

xi DAFTAR ISI Prakata Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Kompetensi Sistem Informasi Geografis (SIG) Regulasi Bidang Informasi Spasial (IG) Sumber Data Spasial di Indonesia BAB I KONSEP EKONOMI GEOGRAFIS BAB II SPESIFIKASI TATA LETAK PETA BAB III PENGENALAN ARCMAP BAB IV SPATIALANALYST BAB V PETAADMINISTRASI DENGAN ARCMAP BAB VI PETA 3D BAB VII PETA RAWAN BENCANA BAB VIII PETA KEMIRINGAN LERENG DAFTAR PUSTAKA BIOGRAFI PENULIS ix x xi xii xvii xxi xxi 1 15 19 23 29 53 59 65

xii DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Data vektor berupa kumpulan titik dan garis yang membentuk polygon. Gambar 2. Data raster berupa kumpulan dari beberapa pixel. Gambar 3. Cara Kerja GPS. Gambar 4. Sistem GPS yang melibatkan Satelit, Sistem Kontrol dan Pengguna. Gambar 5. Tata letak pada sistem koordinat geografis Gambar 6. Sistem koordinat geografis berdasarkan bentuk bumi Gambar 7. Cara pembacaan sistem koordinat UTM Gambar 8. Pembagian zona koordinat UTM di Indonesia Gambar 9. Hubungan antara geografi dan UTM Gambar 10. Skala garis Gambar 11. Arah utara Gambar 12. Petunjuk letak peta Gambar 13. Petunjuk diagram lokasi Gambar 14. Logo yang ditampilkan di peta sebagai identitas yang membuat peta Gambar 15. Keterangan pada peta (Simbol yang digunakan merujuk pada instansi terkait) Gambar 16. Mencari project dokumen yang akan dibuka. atau membuat dokumen baru Gambar 17. Fitur tools di arcmap Gambar 18. Tampilan antar muka ArcMap dengan data spatial yang telah dibuka. Gambar 19. Tampilan table of content untuk melihat layer peta (kiri), penggunaan fitur ArcToolbox untuk processing 2 3 6 7 11 11 12 12 13 15 15 16 16 17 17 19 20 20 21

xiii dan analysis (kanan) dan macam-macam toolbar yang ada di ArcMap (atas). Gambar 20. Menu untuk menuju ArcToolbox Gambar 21. Fitur-fitur yang terdapat dalam analysis tools Gambar 22. Hasil clip berdasarkan bentuk polygon Gambar 23. Proses dari buffer Gambar 24. Fitur yang terdapat pada overlay Gambar 25. Tampilan Symbol Selector saat default. Gambar 26. File-file yang telah terinstal. Gambar 27. Klik Customize untuk membuka Style Manager. Gambar 28. Tampilan Style Manager. Gambar 29. Pilih file dengan ekstensi style lalu open. Gambar 30. Tampilan Style Manager sesudah ditambahkan simbol dari geosiana. Gambar 31. Tampilan pada ArcMap jika garis telah dibuat. Gambar 32. Ubah simbol garis dengan klik Change Symbol. Gambar 33. Tampilan Symbol Selector Gambar 34. Tampilan Awal Ina-Geoportal. Gambar 35. Tampilan saat batas wilayah masih dalam proses memuat. Gambar 36. Tampilan batas Kota Dumai yang akan diunduh. Gambar 37. Tampilan isi folder pada file yang telah diextract. Gambar 38. Antarmuka ArcMap setelah menjadi Layout Edit. Gambar 39. Tampilan Page and Print Setup. Gambar 40. Data Frame yang semula kecil disesuaikan 25 26 27 27 28 30 31 31 31 32 32 33 33 34 35 36 36 37 38 39 39

xiv dengan tepian kertas A0. Gambar 41. Langkah awal dalam menambahkan data spasial kedalam data frame. Gambar 42. Daftar data yang tersedia dalam hasil unduhan RBI 50K Kota Dumai. Gambar 43. Rincian informasi administasi Kota Dumai. Gambar 44. Tampilan Toolbar Editor dan Tab Create Feature. Gambar 45. Tampilan Attribute Table dari ADMINISTRASIKABUPATEN_AR_50K. Gambar 46. Tampilan poligon Kota Dumai setelah kabupaten lainnya dihapus. Gambar 47. Tampilan menu pop-up Symbol Property Editor dan Symbol Selector. Gambar 48. Hasil akhir dari batas wilayah kota/kabupaten. Gambar 49. Tampilan layout ArcMap setelah ditambahkan data spatial Kabupaten dan Kecamatan. Gambar 50. Garis biru menunjukkan Kecamatan Bukit Batu yang bukan merupakan wilayah Kota Dumai. Gambar 51. Tampilan peta yang memiliki batas pada masing-masing kecamatan. Gambar 52. Batas administasi kabupaten dan kecamatan memiliki simbol yang berbeda. Gambar 53. Tampilan Symbology data administrasi kecamatan Kota Dumai. Gambar 54. Tampilan Layer Properties ADIMINISTRASIKECAMATAN pada tab Symbology. Gambar 55. Tampilan Layer Properties ADIMINISTRASIKECAMATAN pada tab Labels. Gambar 56. Tampilan akhir setelah data administasi 40 41 42 42 43 44 44 45 46 47 47 48 48 49 50 50

xv Kabupaten dan Kecamatan diolah. Gambar 60. Hasil Generate Kontur di Global Mapper Gambar 61. Data Kontur di ArcMap Gambar 62. Toolbox Topo To Raster Gambar 63. Tampilan Data Raster Gambar 64. Toolbox Raster to TIN Gambar 65. Tampilan data TIN Gambar 66. Tampilan Data TIN di ArcScene Gambar 67. Tampilan Layer Properties Menu Base Heights Gambar 68. Tampilan Data TIN di ArcScene Gambar 69. Tampilan Data TIN di ArcScene Gambar 70. Peta dasar wilayah Sumatera Selatan dan Sekitarnya Gambar 71. Langkah memasukan data XY Gambar 72. Langkah memasukan data gempa Gambar 73. Langkah pemilihan data koordinat Gambar 74. Peta Zonasi Daerah Rawan Gempa Gambar 75. Klasifikasi Lereng berdasarkan Van Zuidam (1985) Gambar 76. Melakukan export data kontur menjadi line menggunakan format .shp Gambar 77. Membuka kembali data .shp Gambar 78. Melakukan add data kontur Gambar 79. Menampilkan kategori dari kemiringan lereng Gambar 80. Menggunakan kotak pencarian untuk menuju fitur topo to raster Gambar 81. Convert data kontur menjadi data raster (topo to raster) Gambar 82. Convert data raster kedata slope 54 54 55 55 56 56 57 57 58 58 61 61 62 62 63 65 66 67 67 68 68 69 69

xvi Gambar 83. Menentukan jumlah klasifikasi lereng yang digunakan. Gambar 84. Membagi kelas lereng merujuk dari peraturan yang ada Gambar 85. Pengaturan terhadap color ramp dan kelas lereng Gambar 86. Hasil data kontur yang sudah berubah menjadi data lereng 70 70 71 71

xvii Kompetensi Sistem Informasi Geografis (SIG) Standar Pengemasan Unit Kompetensi Dengan Kemungkinan Jabatan Dalam Rangka Kualifikasi Nasional Indonesia Di Bidang Indonesia KeputusanDeputi Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial Badan Informasi Geogpasial Nomor 6 tahun 2018 JenjangEmpat-OperatorSistemInformasiGeografis – Kartografi Jenis Unit Kompetensi Nomor Unit Kompetensi Unit Kompetensi Inti Inti M.71IGN00.032.1 Menyiapkan Peralatan Survei M.71IGN00.161.1 Membaca Peta TIK.OP.02.001.01 Mengoperasikan computer personal yang berdiri sendiri (PC Stand alone ) Pilihan M.71IGN00.084.1 Mengoperasikan perangkat lunak SIG M.71IGN00.085.2 Mengkonversi data geospasial analog menjadi digital M.71IGN00.086.1 Menginput data hasil pengukuran lapangan M.71IGN00.149.1 Melakukan proses pemberian sistem koordinat peta M.71IGN00.151.1 Melakukan konversi antar format file penyimpanan data geospasial M.71IGN00.152.2 Mengedit data geospasial M.71IGN00.153.1 Melakukan transformasi sistem koordinat

xviii Jenjang Lima - Teknisi Sistem Informasi Geografis Jenis Unit Kompetensi Nomor Unit Kompetensi Unit Kompetensi Inti Inti M.71IGN00.035.2 Menentukan posisi berbasis pengamatan satelit Global Navigation Satellite System (GNSS) M.71IGN00.161.1 Membaca peta TIK.OP.02.001.01 Mengoperasikan computer personal yang berdiri sendiri (PC Stand alone ) Pilihan M.71IGN00.089.1 Melakukan pengumpulan data geospasial M.71IGN00.139.1 Melakukan perolehan citra penginderaan jauh dan data bantu/ pendukung M.71IGN00.150.1 Mengintegrasikan data spasial dan data non-spasial M.71IGN00.151.1 Melakukan konversi antar format file penyimpanan data geospasial M.71IGN00.152.2 Mengedit data geospasial M.71IGN00.204.1 Melakukan deteksi permasalahan perangkat lunakdanperangkatkeras SIG M.71IGN00.217.1 Menyajikan informasi geospasial sesuai template yang telah disiapkan oleh kartografer

xix Jenjang Enam – Teknisi Utama/Analis Sitem Informasi Geografis Jenis Unit Kompetensi Nomor Unit Kompetensi Unit Kompetensi Inti Inti M.71IGN00.108.1 Melakukan kontrol kualitas M.71IGN00.161.1 Membaca peta M.71IGN00.203.1 Mengelola data geospasial M.71IGN00.224.1 Menyajikan Peta Pilihan M.71IGN00.087.2 Merancang basis data geospasial M.71IGN00.088.2 Membuat basis data geospasial M.71IGN00.154.2 Melaksanakan analisis SIG tingkat dasar M.71IGN00.155.1 Membangun model SIG tingkat dasar M.71IGN00.156.2 Melakukan analisis SIG tingkatlanjut M.71IGN00.223.1 Melakukan visualisasi informasi geospasial dalam bentuk simbol pada peta M.71IGN00.150.1 Mengintegrasikan data spasial dengan data non-spasial M.71IGN00.219.1 Membuat Web-GIS M.71IGN00.153.1 Melakukan transformasi sistem koordinat

xx Jenjang Tujuh – Ahli Muda/ Supervisor Sistem Informasi Geografis Jenis Unit Kompetensi Nomor Unit Kompetensi Unit Kompetensi Inti Inti M.71IGN00.001.1 Menyusun rancangan kebijakan kegiatan M.71IGN00.161.1 Membaca peta M.71IGN00.212.1 Menyusun rekomendasi kebijakan implementatif M.71IGN00.224.1 Menyajikan peta M.71IGN00.227.1 Melakukan jaminan kualitas kegiatan Pilihan M.71IGN00.021.1 Mengelola pekerjaan SIG M.71IGN00.156.2 Melakukan analisis SIG tingkat lanjut M.71IGN00.207.1 Melakukan kostumisasi perangkat lunak SIG M.71IGN00.208.1 Membangun aplikasi sistem informasi geospasial M.71IGN00.203.2 Mengelola data geospasial M.71IGN00.237.1 Menjamin mutu peta M.71IGN00.214.1 Melakukan analisis manajemen risiko

xxi Regulasi Bidang Informasi Spasial (IG) 1. Undang–UndangRINo4tahun2011tentangInformasiGeospasial (IG). 2. PeraturanKepala Badan Informasi Geospasial No 5 tahun 2014 Tentang Penyelenggaran Informasi Geospasial Tematik Perizinan Sektoral 3. PeraturanPresidenNo 16 tahun 2016 tentangKebijakanSatu Peta. (KSP) dengan Skala Ketelitian 1:50.000. 4. StandarKompetensiKerjaNasional (SKKNI)BidangInformasi Geospasial tahun 2017 Sumber Data Spasial di Indonesia • Badan InformasiGeospasial untukdataRupa Bumi Indonesia (RBI) http://tanahair.indonesia.go.id/

xxii • National Center for Environmental Information (NOAA) untuk data batimetri https://www.ngdc.noaa.gov/mgg/global/ • BadanInformasiGeografis (BIG)untukdata DataElevation Model (DEM) Indonesia http://tides.big.go.id/DEMNAS/

xxiii • BadanMeteorologi,KlimatologidanGeofisika(BMKG)untuk datacurah hujan dan aktivitas kegempaan di Indonesia http://hidromet.sih3.bmkg.go.id/ • UnitedStateofGeologicalSurvey (USGS)untukmendapatkan datacitra satelit di Indonesiahttps://earthexplorer.usgs.gov/

xxiv

1 BAB I KONSEP INFORMASI GEOGRAFIS 1.1. Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis (Aronoff, 1989). Secara umum pengertian SIG sebagai berikut: “Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk memasukkan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis”. Dalam pembahasan selanjutnya, SIG akan selalu diasosiasikan dengan sistem yang berbasis komputer, walaupun pada dasarnya SIG dapat dikerjakan secara manual, SIG yang berbasis komputer akan sangat membantu ketika data geografis merupakan data yang besar (dalam jumlah dan ukuran) dan terdiri dari banyak tema yang saling berkaitan. SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti; lokasi, kondisi, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi lainnya.

2 1.2. Data Spasial Dalam kegiatan SIG, data spatial bisa dianggap sebagai bahan baku utama dalam kegiatan ini. Data spatial adalah data yang berorientasi geografis yang didukung oleh beberapa titik koordinat dan ketinggian elevasi sehingga data spatial ini dapat menentukan lokasi dan pola permukaan tertentu. Berdasarkan formatnya, data spatial dibagi kedalam dua format, yaitu: a. Data Vektor Data vektor merupakan bentuk permukaan bumi yang direpresentasikan dengan kumpulan titik yang membentuk garis, dan kumpulan garis yang membentuk poligon atau garis yang membatasi area berawal dan berakhir pada titik yang sama. Gambar 1. Data vektor berupa kumpulan titik dan garis yang membentuk polygon. Format vektor memiliki kelebihan dalam ketepatan posisi karena dapat membetuan garis lurus dan batas yang tepat, sedangkan kelemahan vektor adalah ketidakmampuannya dalam mengakomodasi perubahan gradual.

3 b. Data Raster Data Raster terbentuk dari bebearapa grid , sehingga pada data ini obyek geografi direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel. Gambar 2. Data raster berupa kumpulan dari beberapa pixel. 1.3. Sumber Data Spasial Berdasarkan sumbernya, data spatial dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu data spatial primer dan sekunder. Adapun penjelasannya: a. Data Spatial Primer Data ini diperoleh langsung oleh pihak pertama. Pada umumnya data ini diambil atau direkam untuk menentukan tema dari peta tersebut. Misalnya dalam pembuatan peta ancaman bencana banjir, maka data primer berupa pengukuran debit sungai beserta titik koordinat perekaman debit sungai. Atau misalkan pada peta persebaran batubara, maka data primer disini berupa titik koordinat dari singkapan-singkapan batubara di lapangan. b. Data Spatial Sekunder Data ini didapatkan dari pihak ketiga. Pada dasarnya data ini disediakan oleh pemerintahmaupun swasta dan beberapa diantaranya dapat diakses dengan bebas. Data sekunder pada umumnya memiliki banyak informasi dan tersedia dengan sangat detail. Contoh data sekunder ini adalah Peta Rupa Bumi Indonesia yang berisikan

4 informasi administratif terhadap geografi Indonesia. Data spatial terdiri dari beberapa jenis macam. Berikut adalah penjelasan dari beberapa contoh jenis data spatial, antara lain: a. Peta Analog Peta analog adalah peta dalam bentuk cetak seperti peta topografi, peta tanah, peta asosiasi lahan, dan sebagainya. Peta analog pada umumnya memiliki layout yang berisikan referensi spatial berupa koordinat, skala, mata angin dan sebagainya. Peta analog ini dibuat dengan teknik kartografi. b. Data Sistem Pengindraan Jauh Data sistem pengindraan jauh pada umumnya diperbarui secara berkala untuk mempertahankan akurasi dari data pada cakupan area tertentu. Contoh dari data ini dapat berupa citra satelit dan foto udara. Data ini biasanya memiliki format raster. c. Data Hasil Pengukuran Lapangan Data hasil pengukuran lapangan dihasilkan dengan dilakukan pengukuran tersendiri, dengan kata lain ini merupakan data primer. Data ini diperoleh untuk melengkapi atribut peta tematik. Contoh dari data ini dapat berupa batas area penelitian dan data informatif berdasarkan tema petanya. d. Data Global Positioning System (GPS) Data GPS dapat berupa koordinat atau tracking line yang terekam dalam perangkat GPS. GPS sangat berguna karena dapat merekam data dengan cukup akurat meskipun berada pada area terpencil. Data ini biasanya memiliki format vektor. Penjelasan mengenai data GPS akan diperluas selanjutnya.

5 1.4. Peta dan Sistem Referensi Spatial Berikut penjelasan secara ringkas tentang hal yang berkaitan dengan posisi serta metode untuk mendapatkan informasi posisi tersebut di lapangan: a. Peta Peta adalah gambaran sebagian atau seluruh muka bumi baik yang terletak di atas maupun di bawah permukaan dan disajikan pada bidang datar pada skala dan proyeksi tertentu (secara matematis). Karena dibatasi oleh skala dan proyeksi maka peta tidak akan pernah selengkap dan sedetail aslinya (bumi), karena itu diperlukan penyederhanaan dan pemilihan unsur yang akan ditampilkan pada peta. b. Proyeksi Peta Bumi yang pada dasarnya relatif bulat sedangkan peta yang akan dibuat maka untuk menggambarkan sebagian muka bumi untuk kepentingan pembuatan peta, perlu dilakukan langkah-langkah agar bentuk yang mendekati bulat tersebut dapat didatarkan dan distorsinya dapat terkontrol, untuk itu dilakukan proyeksi ke bidang datar. Proyeksi peta disini adalah proyeksi Universal Tranverse Mercator (UTM) yang dikembangkan oleh US Army pada akhir tahun 1940-an. Proyeksi ini adalah proyeksi Transverse Mercator yang memotong bola bumi pada dua buah meridian, yang disebut dengan meridian standar. Daerah diantara dua meridian ini disebut zone. Lebar zone adalah 6 sehingga bola bumi dibagi menjadi 60 zone. Meridian pada pusat zone disebut sebagai meridian tengah. Perbesaran pada meridian tengah adalah 0,9996, pada meridian standar adalah 1, sedangkan pada meridian tepi adalah 1,001.

6 c. Cara Kerja GPS GPS adalah sistem navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit yang dikembangkan dan dikelola oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. GPS dapat memberikan informasi tentang posisi, kecepatan dan waktu di mana saja di muka bumi setiap saat, dengan ketelitian penentuan posisi dalam fraksi milimeter sampai dengan meter. Kemampuan jangkauannya mencakup seluruh dunia dan dapat digunakan banyak orang setiap saat pada waktu yang sama (Abidin,H.Z, 1995). Prinsip dasar penentuan posisi dengan GPS adalah perpotongan ke belakang dengan pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelit GPS seperti gambar berikut: Gambar 3. Cara Kerja GPS. Untuk dapat melaksanakan prinsip penentuan posisi di atas, GPS dikelola dalam suatu sistem GPS yang terdiri dari dari 3 bagian utama yaitu bagian angkasa, bagian pengontrol dan bagian pemakai, seperti gambar berikut:

7 Gambar 4. Sistem GPS yang melibatkan Satelit, Sistem Kontrol dan Pengguna. Tingkat akurasi dalam penentuan posisi dengan perangkat dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain sebagai berikut: • Ketelitian data terkait dengan tipe data yang digunakan, kualitas receiver GPS, level dari kesalahan dan bias; • Geometri satelit, terkait dengan jumlah satelit yang diamati, lokasi dan distribusi satelit dan lama pengamatan; • Metode penentuan posisi, terkait dengan metode penentuan posisi GPS yang digunakan, apakah absolut, relatif, DGPS, RTK dan lain-lain dan; • Strategi pemrosesan data, terkait dengan real-time atau post processing, strategi eliminasi dan pengkoreksian kesalahan dan bias, pemrosesan baseline dan perataan jaringan serta kontrol kualitas. 1.5. Penentuan Posisi Global Positioning System (GPS) Metode-metode penentuan posisi dengan GPS pada dasarnya konsep dasar penentuan posisi dengan satelit GPS adalah pengikatan ke

8 belakang dengan jarak, yaitu mengukur jarak ke beberapa satelit GPS yang koordinatnya telah diketahui. Perhatikan gambar berikut: Prinsip Dasar Penentuan Posisi dengan GPS (sumber Abidin H.Z) Penentuan posisi dengan GPS dapat dikelompokkan atas beberapa metode diantaranya: ˆMetode absolut, ˆMetode relatif (diferensial). 1.5.1. Metode Absolut Penentuan posisi dengan GPS metode absolut adalah penentuan posisi yang hanya menggunakan 1 alat receiver GPS. Karakteristik penentuan posisi dengan cara absolut ini adalah sebagai berikut : • Posisi ditentukan dalam sistem WGS 84 (terhadap pusat bumi). • Prinsip penentuan posisi adalah perpotongan ke belakang dengan jarak ke beberapa satelit sekaligus. • Hanya memerlukan satu receiver GPS. • Titik yang ditentukan posisinya bisa diam (statik) atau bergerak (kinematik). • Ketelitian posisi berkisar antara 5 sampai dengan 10 meter. Aplikasi utama untuk keperluan navigasi, metode penentuan posisi absolut ini umumnya menggunakan data pseudorange dan metode ini tidak dimaksudkan untuk aplikasi-aplikasi yang menuntut ketelitian posisi yang tinggi. 1.5.2. Metode Relatif (Diferensial) Metode relatif merupakan penentuan posisi relatif atau metode diferensial adalah menentukan posisi suatu titik relatif terhadap titik lain yang telah diketahui koordinatnya, pengukuran dilakukan secara bersamaan pada dua titik dalam selang waktu tertentu. Karakteristik umum dari metode penentuan posisi ini adalah sebagai berikut: • Memerlukan minimal 2 receiver, satu ditempatkan pada titik yang telah diketahui koordinatnya.

9 • Posisi titik ditentukan relatif terhadap titik yang diketahui. • Konsep dasar adalah differencing process dapat mengeliminir atau mereduksi pengaruh dari beberapa kesalahan dan bias. • Bisa menggunakan data pseudorange atau fase. • Ketelitian posisi yang diperoleh bervariasi dari tingkat mm sampai dengan dm. • Aplikasi utama : survei pemetaan, survei penegasan batas, survei geodesi dan navigasi dengan ketelitian tinggi. 1.5.3. Ketelitian Penentuan Posisi dengan GPS Penentuan posisi dengan GPS dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: • Ketelitian data terkait dengan tipe data yang digunakan, kualitas receiver GPS, level dari kesalahan dan bias. • Geometri satelit, terkait dengan jumlah satelit yang diamati, lokasi dan distribusi satelit dan lama pengamatan. • Metode penentuan posisi, terkait dengan metode penentuan posisi GPS yang digunakan, apakah absolut, relatif, DGPS, RTK dan lain-lain. • Strategi pemrosesan data, terkait dengan real-time atau post processing, strategi eliminasi dan pengkoreksian kesalahan dan bias, pemrosesan baseline dan perataan jaringan serta kontrol kualitas • Karena fungsinya tersebut, GPS dapat dimanfaatkan untuk beberapa kegiatan yang memerlukan akurasi posisi. 1.6. Aplikasi-aplikasi GPS Beberapa aplikasi dari GPS diantaranya adalah sebagai berikut : • Survei dan pemetaan seperti survei penegasan batas wilayah administrasi.

10 • Geodesi, Geodinamika dan Deformasi. • Navigasi dan transportasi. • Telekomunikasi. • Studi troposfir dan ionosfir. • Photogrametri & Remote Sensing. • Sistem Informasi Geografis • Studi kelautan (arus, gelombang, pasang surut). • Aplikasi olahraga dan rekreasi. 1.7. Sistem Koordinat Geografis Sistem Koordinat Geografi terdiri dari Latitude dan Longitude. Latitude (lintang) dan longitude (bujur) adalah unit yang mewakili koordinat geografi. Sama halnya seperti rumah kita memiliki alamat yang mencakup nomor, nama jalan, kecamatan dll. Setiap titik di permukaan bumi dapat ditentukan oleh koordinat lintang dan bujur. Oleh sebab itudengan menggunakan garis lintang dan bujur, kita dapat menemukan posisi hampir setipa titik di bumi. Lintang memiliki symbol phi dan menunjukkan sudut antara garis lurus di titik tertentu dengan bidang ekuator. Lintang ditentukan dalam angka derajat mulai dari 0⁰ dan berakhir dengan 90⁰. Garis lintang ini membagi bumi menjadi belahan bumi utara dan selatan. Garis ekuator atau khatulistiwa berada di lintang 0⁰. Garis lintang biasa digunakan untuk melihat penyebaran iklim di bumi. Longitude atau garis bujur memiliki symbol lamda. Garis bujur ini merupakan garis yang menunjukkan bagian barat dan timur dilihat dari titik pangkal yaitu di Greenwich Meridian. Garis bujur memiliki batas maksimum yaitu 180⁰ ke arah timur dari GMT dan 180⁰ ke arah barat dari GMT. Keduanya bertemu di garis International

11 Date Line di sekitar Pasifik. Umumnya, satuan koordinat geografis dibedakan menjadi tiga yaitu: 1. Degree, Decimal (DD,DDDD) Contoh : S 3.56734 E 104.67235 2. Degree, Minute (DD MM,MMMM) Contoh : S 3⁰ 43,5423’ E 104 33,6445’ 3. Degree, Minute, Second (DD MM SS,SS) Contoh: S 3⁰ 43’ 45,22” E104 33’ 33,25” Gambar 5. Tata letak pada sistem koordinat geografis Gambar 6. Sistem koordinat geografis berdasarkan bentuk bumi

12 1.8. Sistem Koordinat Universal Transverse Mercator (UTM) Proyeksi UTM dibuat oleh US Army sekitar tahun 1940-an. Sejak saat itu proyeksi ini menjadi standar untuk pemetaan topografi. Gambar dibawah menjelaskan cara membaca koordinat UTM. Gambar 7. Cara pembacaan sistem koordinat UTM Untuk menghindari koordinat negatif dalam proyeksi UTM setiap meridian tengah dalam tiap zone diberi harga 500.000 mT (meter timur). Untuk harga- harga ke arah utara, ekuator dipakai sebagai garis datum dan diberi harga 0 mU (meter utara). Untuk perhitungan ke arah selatan ekuator diberi harga 10.000.000 mU. Gambar 8. Pembagian zona koordinat UTM di Indonesia Transformasi Koordinat adalah proses pemindahan suatu Sistim Koordinat ke Sistim Koordinat lainnya. 1. Pada pembahasan terdahulu Koordinat harus mempunyai

13 acuan Posisi dan Arah. Dalam kasus ini dibatasi pembahasan Transformasi Koordinat Geografi ke Koordinat UTM dan sebaliknya. 2. Koordinat Geografi pada Proyeksi UTM mempunyai referensi Posisi Acuan dan arah yang sama yaitu Titik Pusat Proyeksi untuk posisi dan arah utara Grid di Meridian Pusat sebagai arah acuan. Permasalahan yang timbul adalah : • Satuan(unit). Besaran Pada Koordinat Geografi dinyatakan dalam besaran sudut (derajat), besaran pada Koordinat UTM dinyatakan besaran panjang (meter). • Bidang persamaan, pada Koordinat geografi dinyatakan sebagai permukaan Elipsoid, sedang bidang persamaan UTM merupakan bidang datar. 3. Jadi hubungan antara Koordinat Geografi dan UTM adalah : Gambar 9. Hubungan antara geografi dan UTM Dimana : ON : Origin North = 10,000,000 m OE : Origin East = 500,000 m G : Panjang busur Meridian p : Panjang busur Paralel Kor : Koreksi akibat perubahan bentuk 3D garis ko : 0.9996 lengkung ke 2D. Garis Meridian : Garis lengkung melingkar di permukaan Elipsoid dan melewati 2 kutub Garis Paralel : Lingkaran melintang di permukaan Elipsoid dari Kutub U ke S sejajar Equator

14 Karena Sistim Informasi Geografi (GIS) merupakan metode sajian terpadu, maka semua data masukan spasial maupun tabular harus berupa data terpadu. Artinya, kesatuan Sistim Koordinat untuk data spasial, kesatuan ID untuk data tabular, kesatuan dalam mengatur data untuk sasaran informasi tersebut agar dapat dimanfaatkan secara maksimal. Fungsi Sistim Proyeksi dan transformasi sangat memegang peranan sangat penting. Hal lain yang perlu diingat bahwa konsep GIS memanfaatkan pula jaringan data antar Pusat dengan Daerah, antar Instansi yang bersifat Nasional , yang sangat berguna untuk analisis terhadap suatu dampak dari perubahan data yang masuk dalam cakupan yang lebih luas. Jadi kesatuan dalam Sistim Koordinat adalah mutlak dalam konsep GIS. Setelah dipahami tiga Konsep (Proyeksi, Koordinat, Transformasi) diatas, dapat disimpulkan bahwa data masukan spasial (peta) mutlak harus mempunyai kesatuan dalamhal Spheroid dan SistimKoordinat, yaitu UTM dengan ElipsoidAcuanWGS84 (Parameter ini telah baku untuk peta rupa bumi Nasional), jika data tersebut tidak dalam sistim tersebut maka perlu dilakukan transformasi Koordinat sebelumnya.

15 BAB II SPESIFIKASI TATA LETAK PETA 1. Judul peta, yaitu memuat informasi mengenai jenis peta. 2. Skala peta, Skala peta disajikan dalam bentuk text dan garis. Skala garis digambarkan dengan satuan meter. Gambar 10. Skala garis 3. Nomor lembar peta, menerangkan informasi penomoran indeks apabila peta disajikan dalam beberapa lembar peta skala 1 : 10.000. Penyusunan indeks dan penomoran indeks. 4. Penamaan nama geografis suatu wilayah, yaitu untuk menunjukkan tentang nama wilayah yang dipetakan. Gambar 11. Arah utara 5. Orientasi arah, yaitu menunjukkan arah utara dengan symbol 6. Edisi dan tahun pembuatan, Edisi menunjukkan urutan pembuatan peta pada wilayah dan pada tahun yang sama. Tahun pembuatan menunjukkan tahun pembuatan peta. 7. Petunjuk letak peta, memberikan informasi tentang tata letak peta yang disajikan dalam beberapa lembar peta berdasarkan indeks yang telah disusun.

16 Gambar 12. Petunjuk letak peta 8. Diagram Lokasi, memberikan informasi lokasi wilayah yang dipetakan. Gambar 13. Petunjuk diagram lokasi

17 9. Proyeksi, sistem grid dan datum, menerangkan tentang proyeksi, sistem grid dan datum yang digunakan dalam penyajian peta 10. Logo, menerangkan logo instansi pembuat peta. Gambar 14. Logo yang ditampilkan di peta sebagai identitas yang membuat peta 11. Keterangan hak cipta, berisi keterangan kepemilikan/ hak cipta yang dilindungi oleh undang-undang. 12. Keterangan, yaitu memberikan informasi mengenai legenda yang digunakan dalam peta Gambar 15. Keterangan pada peta (Simbol yang digunakan merujuk pada instansi terkait)

18 13. Sumber data dan riwayat peta, menerangkan tentang data atau peta lain yang digunakan dalam pembuatan peta desa. Salah satu riwayat peta yang harus dijelaskan adalah kelas peta berdasarkan uji ketelitian horizontal peta. 14. Catatan, menerangkan informasi khusus mengenai peta yang disajikan 15. Muka peta, merupakan informasi yang berisi wilayah yang akan dipetakan.

19 BAB III PENGENALAN ARCMAP 3.1 Membuka Data Spasial yang Tersedia KedalamArcMap Adapun langkah-langkah dalam membuka data spasial atau peta yang tersedia kedalam ArcMap: 1. Mulai ArcMap dengan klik Start > Programs >ArcGIS >ArcMap atau dengan klik icon ArcMap pada desktop. klik icon ArcMap pada desktop. 2. Pada saat ArcMap dijalankan, maka akan terlihat kotak dialog Startup yang akan memberikan pilihan untuk memulai sebuah sesi pekerjaan. Kita dapat memilih antara lain membuka Project baru (open new map), membuka format yang telah disediakan (template), atau membuka sebuah Project document yang telah ada atau Project yang telah dibuat sebelumnya. Gambar 16. Mencari project dokumen yang akan dibuka.atau membuat dokumen baru 3. Window Table of Contents (TOC), di bagian kiri layar yang berisi informasi tentang layer.

20 4. Window Data Frame, di bagian kanan layar yang menunjukkan Tampilan Peta. Gambar 17. Fitur tools di arcmap Gambar 18. Tampilan antar muka ArcMap dengan data spatial yang telah dibuka.

21 Gambar 19. Tampilan table of content untuk melihat layer peta (kiri), penggunaan fitur ArcToolbox untuk processing dan analysis (kanan) dan macam-macam toolbar yang ada di ArcMap (atas).

22

23 BAB IV SPATIALANALYST 4.1. ArcToolbox Proses analisis dengan ArcGIS adalah proses menggabungkan informasi dari beberapa layer datayangberbedadenganmenggunakan operasi spatial tertentu dimana kita memulai dari ide yang kita kembangkan dan diaplikasikan dalam berbagai hal. Proses analisis untuk menjawab pertanyaan yang terkait dengan ruang disebut juga analisis spatial. Analisis spatial ini dilakukan dengan menggunakan analisis data vector, analisis data citra satelit dianalisis data tabular yang ada. Dalam melakukan analisis dilakukan beberapa langkah: 1. Menentukan permasalahan/pertanyaan kunci 2. Mengumpulkan dan Menyiapkan data 3. Menentukan metode dan alat analisis 4. Melakukan proses analisis 5. Memeriksa dan memperbaiki hasil-hasil analisis tersebut. Analisis dilakukan dengan tahapan tersebut dengan diawal oleh menentukan permasalahan atau pertanyaan kunci sebagai leading dalam melakukan analisis. Dalam kaitan tata ruang misalnya; Bagaimana zonasi yang tepat untuk menentukan kawasan lindung dan kawasan budidaya? Ini merupakan pertanyaan kunci yang kemudian bisa dijabarkan lagi menjadi pertanyaan- pertanyaan yang lebih detail Dalam proses selanjutnya dilakukan pengumpulan dan pengecekan data, dimana data-data yang dibutuhkan dalam analisis GIS dikumpulkan dan kemudian dilakukan pengecekan dalam beberapa aspek seperti format data, skala, sumber, tingkat kedetailan (skala), dll. Sesudah proses ini dilakukan proses penyiapan data berupa penyamaan format, sistemkoordinat, dan kemudianmelengkapi data-

24 data yang diperlukan dari berbagai sumber data atau membangun data yang ada sendiri. Penentuan metode analisis dilakukan sesudah semua data yang dibutuhkan untuk analisis sudah tersedia. Analisis yang dilakukan terdiri atas berbagai jenis analisis, dengan menggunakan metode analisis yang sesuai dalam menjawab semua pertanyaan tersebut. Selanjutnya adalah proses analisis, proses ini dilakukan dengan menggunakan data dan metode yang telah diisi. Proses analisis dapat dilakukan menggunakan metode yang telah ditetapkan dalam menjawab pertanyaan. Proses analisis bisa sederhana atau kompleks, misalnya pertanyaan tutupan lahan yang ada? Dijawab dengan mengunakan analisis citra satelit kemudian dioleh dengan software remote sensing dan menghasilkan tutupan lahan yang ada. Berbeda dengan pertanyaan bagaimana penggunaan lahan? Ini membutuhkan analisis yang kompleks karena penggunaan lahan membutuhkan proses verifikasi di lapangan dengan menggunakan survei dan pengolahan data yang kompleks. 4.2. Analysis dengan ArcMap Analisis yang akan dibahas dalam modul ini adalah analisis dengan menggunakan ArcGIS. Analisis yang dilakukan terbatas pada analysis tools dalam arctoolbox, yang terdiri atas Extract, Proximity, Overlay dan Statistic. Dalam ArcGIS fungsi ini analisis ini terbagi lagi dalam banyak fungsi misalnya untuk extract kemudian dibagi lagi atas clip, select, split dan table select. Demikian juga degan overlay, proximit dan statistics terdiri atas beberapa pilihan analisis.

25 Gambar 20. Menu untuk menuju ArcToolbox 4.3. Analysis Tools Akan muncul pilihan Extract, Overlay, Proximity, Statistic yang kemudian bisa di klik lagi untuk memunculkan fungsi-fungsi clip, erase, buffer atau frequency dari masing-masing pengelompokan analisis tersebut.

26 Gambar 21. Fitur-fitur yang terdapat dalam analysis tools 4.3.1. Extract (Clip) Clip adalah proses memotong satu dataset dengan dataset lain untuk mendapatkan dataset baru dengan bidang luasan sama dengan dataset pemotongnya. Analisis ini dilakukan misalnya untuk mendapatkan data jalan, data sumber daya alam, dll.

27 Gambar 22. Hasil clip berdasarkan bentuk polygon 4.3.2. Proximity (Buffer) Untuk menjawab pertanyaan mengenai jarak biasanya digunakan analisis proximity, misalnya pertanyaan “Berapa banyak rumah dari lokasi kantor kecamatan?”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut digunakan analisis proximity dan biasanya menggunakan analisis buffer. Gambar 23. Proses dari buffer 4.3.3. Overlay (Indentity) Overlay merupakan salah satu analisis yang mendasar dalam GIS, beberapa pertanyaan kunci dalam analisis seperti “Apa jenis tanaman yang terdapat dalam tanah aluvial?” merupakan pertanyaan

28 yang dijawab dengan melakukan analisis overlay dari layer jenis tanah dan jensi vegetasi. Ada beberapa analisis overlay seperti erase, identity, intersect, dll. Gambar 24. Fitur yang terdapat pada overlay 4.3.4. Statistics (Frequency) Ada banyak analisis yang menggunakan fungsi statistic Frequency misalnya digunakan untuk menghitung jumlah fitur dalam satu layer.

29 BAB V PETAADMINISTRASI DENGAN ARCMAP Dalammembuat peta administrasi yang akurat, terintegrasi dan dapat dipertanggung jawabkan perlu memperhatikan spesifikasi teknis yang akan digunakan pada setiap elemen peta. Dalam pembuatan peta administrasi, data spatial dapat diperoleh di Ina-Geoportal yang telah menyajikan data spatial dalam beberapa bentuk informasi administratif yang cukup lengkap. Selanjutnya adalah pengerjaan studio dengan ArcMap 10.5 untuk membuat layout dan mengolah data spatial dalam peta. 5.1. Spesifikasi dalam Pembuatan Peta Sesuai dengan ketentuan Pasal 57 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Spatial, Badan Infromasi Spatial untuk melakukan pembinaan kepada penyelenggara Informasi Geospatial Tematik berupa penerbitan peraturan perundang-undangan, pedoman, standar dan spesifikasi teknik. Dalam hal ini, spesifikasi yang digunakan adalah PeraturanKepala Badan Informasi Geospatial Nomor 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknik Penyajian Peta Desa. Berdasarkan Lampiran C pada Peraturan Kepala Badan Informasi Geospatial Nomor 3 Tahun 2016, ada beberapa simbol yang harus disesuaikan seperti batas negara, batas kabupaten, jalan tol, jembatan dan sebagainya. Namun, jika menggunakan simbol default dari ArcMap, semua simbol ini tidak tersedia.

30 Gambar 25. Tampilan Symbol Selector saat default. Oleh karena itu sebelum melakukan pembuatan peta administrasi, perlu ditambahkan style simbol tersebut. Adapun langkah-langkah untuk menambahkan style simbol yang sesuai dengan peraturan Kepala Badan Informasi kedalam Sytle Manager di ArcMap: 1. Instal geosiana.exe yang merupakan symbol yang akan ditambahkan, maka hasil instalan akan berada pada lokasi C:\ Program Files\geosiana\desa. 2. Selanjutnya pada folder desa, akan terinstal file peta_desa_ geosiana.style serta beberapa file seperti pada gambar dibawah.

31 Gambar 26. File-file yang telah terinstal. 3. Selanjutnya kembali buka ArcMap dan menuju Customize, pilih Style Manager. Gambar 27. Klik Customize untuk membuka Style Manager. 4. Lalu pada tab Style Manager pilih Style, maka akan muncul tab Style References, disini pilih Add Style to List, maka akan muncul seperti pada tampilan dibawah. Gambar 28. Tampilan Style Manager.

32 5. Selanjutnya buka lokasi instalasigeosiana.exe lalu pilih file peta_desa_geosiana.style kemudian klik Open. Gambar 29. Pilih file dengan ekstensi style lalu open. 6. Jika sudahmuncul tampilan seperti gambar dibawah, silahkan close tab berikut. Gambar 30. Tampilan Style Manager sesudah ditambahkan simbol dari geosiana.

33 7. Untuk mengecek jika simbol sudah ditambahkan kedalam ArcMap, silahkan membuat atau draw garis yang berada di Toolbar Draw Gambar 31. Tampilan pada ArcMap jika garis telah dibuat. 8. Double Click pada garis yang baru dibuat, lalu pilih tab Symbol dan klik Change Symbol. Gambar 32. Ubah simbol garis dengan klik Change Symbol.

34 9. Setelah simbol geosiana ditambahkan, maka Symbol Selector akan menujukkan berbagai macam jenis garis. Pada garis contoh dibawah, simbol garis dirubah berdasarkan batas kecamatan. Gambar 33. Tampilan Symbol Selector Jadi terdapat perbedaan tampilan Symbol Selector saat sebelum dan sesudah ditambahkan style geosiana yang ditunjukkan. Sebagai tambahan,perubahan simbol juga berlaku pada data vektor lainnya seperti area (poligon) dan point (titik). Sedangkan pada tutorial diatas adalah contoh perubahan symbol data vektor line (garis). 5.2. Memperoleh Data Spatial Dalammemperoleh data spatial bisa didapatkan dari berbagai macam sumber. Namun, untuk data spatial yang bersifat administratif daerah, Ina- Geoportal telah menyediakan data yang sangat lengkap yang disajikan dalam bentuk Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI).

35 Tingkat ketelitian yang disediakan juga cukup detail, mulai dari yang paling detail RBI 25K (Skala 1:25.000) hingga RBI 250K (Skala 1:250.000). Pihak Ina-Geoportal memberikan kebebasan dalam mengunduh data berdasarkan wilayahnya, seperti pada saat ini akan dicontohkan cara memperoleh data RBI Kota Dumai pada Provinsi Riau dengan tingkat ketelitian RBI 50K. Adapun langkah-langkah dalam memperoleh data spatial pada Ina-Geoportal: 1. Buka Ina-Geoportal dengan mengakses link tanahair.indonesia. go.id. 2. Selanjutnya log in dengan akun yang telah terdaftar. Jika belum, maka perlu mendaftarkan diri dengan meregistrasi data diri dan organisasi pengguna. 3. Setelah berhasil log in, langkah selanjutnya adalah klikDownload dan pilih Peta Per Wilayah. Gambar 34. Tampilan Awal Ina-Geoportal. 4. Selanjutnya akan muncul tampilan seperti dibawah. Tunggu beberapa waktu karena website perlu waktu untuk memuat seluruh garis biru yang merupakan pembatas wilayah.

36 Gambar 35. Tampilan saat batas wilayah masih dalam proses memuat. 5. Selanjutnya perbesar tampilan menuju pada daerah yang ingin diunduh, dalam contoh ini adalah daerah Kota Dumai pada Provinsi Riau. Untuk mengunduh, klik kanan pada area didalam garis hitam putus-putus, lalu pilih skala menjadi 50K, dan klik icon unduh seperti pada gambar dibawah. Gambar 36. Tampilan batas Kota Dumai yang akan diunduh. 6. Setelah terunduh, maka file KotaDumai.rar yang merupakan data spatial telah diperoleh. 7. Langkah terakhir adalah extract file yang telah diunduh agar dapat terbaca oleh ArcMap.

37 Gambar 37. Tampilan isi folder pada file yang telah di-extract. Pada file tunggal yang telah diunduh pada Ina-Geoportal terdapat banyak data spatial dengan berbagai macam informasi dalam ekstensi .shp. Semua data spatial ini dapat ditambahkan sebagian maupun seluruhnya kedalam ArcMap yang disesuaikan dengan kebutuhan peta. 5.3. Pembuatan Peta Administrasi dengan ArcMap Setelah berhasil menambahkan simbol peta pada Style Manager di ArcMap dan telah mengunduh data spatial yang diperlukan, maka pembuatan peta telah dapat dilakukan. Dalam taham pembuatannya akan dibagi menjadi beberapa tahap. 5.3.1. Persiapan Layout di ArcMap Tidak seperti pengerjaan dokumen umum yang sering dilakukan pada layout dengan ukuran A4. Dalam membuat peta, pengerjaan kebanyakan akan dilakukan dalam layout berukuran A1 ataupun A0. Hal ini kaitannya karena objek yang dikerjakan memiliki ukuran dalam dimensi yang sangat besar serta memuat berbagai macam atribut didalamnya. Ukuran layout yang besar bertujuan agar

38 menggunakan skala yang sekecil mungkin. Semakin kecil skala peta akan sejalan dengan meningkatnya tingkat ketelitian peta. Sehingga langkah pertama adalah menyesuaikan layout di ArcMap untuk tahap pengerjaan adapun langkah-langkah yang harus diikuti adalah: 1. Masuk kedalam tampilan Blank Map pada ArcMap, lalu ubah antarmuka ArcMap yang sebelumnya Data View menjadi Layout View. Gambar 38. Antarmuka ArcMap setelah menjadi Layout Edit. 2. Selanjutnya pada menu bar klik ‘File’, pilih ‘Page and Print Setup’. Lalu akan muncul seperti tampilan dibawah, lalu uncheck ‘Use Printer Paper Settings’, kemudian ubah keA0 pada ‘Standard Sizes’ dengan orientasi ‘Landscape’ dan tekan ‘OK’.

39 Gambar 39. Tampilan Page and Print Setup. 3. Terakhir akan muncul tampilan seperti gambar dibawah, namun sesuaikan ukuran data frame dengan layout kertas A0. Hal ini dikarenakan agar isi peta yang ditampilkan kedalam data frame proporsional. Gambar 40. Data Frame yang semula kecil disesuaikan dengan tepian kertas A0.

40 5.3.2. Memasukkan dan Mengolah Data Spasial Sesuai Kebutuhan Data yang telah diundur dari Ina-Geoportal akan diolah sehingga menghasilkan data berupa informasi administratif, misalkan terdapat informasi berupa batas setiap kecamatan, batas provinsi, jalur sungai, jalan arteri, kolektor, lokal, sungai dan sebagainya. Informasi yang ditampilkan dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Adapun langkahlangkah pengerjaanya sebagai berikut: 1. Menambahkan data spatial dengan klik kanan didalam data frame lalu ‘Add Data’ lalu pilih lokasi penyimpanan data unduhan dengan klik ‘Connect to Folder’. Gambar 41. Langkah awal dalam menambahkan data spasial kedalam data frame. 2. Folder yang telah ditambahkan akan menampilkan berbagai macam data spasial, dalam hal ini file yang dipilih adalah ‘ADMINISTRASIKABUPATEN_AR_50K.shp’, lalu tekan ‘Add’.

41 Gambar 42. Daftar data yang tersedia dalam hasil unduhan RBI 50K Kota Dumai. 3. setelah ditambahkan, tampilan padaArcMap akan seperti gambar dibawah. File ADMINISTRASIKABUPATEN_AR_50k.shp dipilih untuk menampilkan administrasi batas kabupaten. Namun meskipun data yang diunduh pada Ina- Geoportal hanya pada daerah Kota Dumai, tapi terdapat daerah sebagian dari kabupaten sekitarnya. Kasus ini berlaku pada semua daerah jika mengunduh di Ina-Geoportal. Hal ini dapat dilihat dengan klik pada layer, lalu klik kanan pada ADMINISTRASIKABUPATEN_AR_50k. shp dan pilih Open Attribute Table sehingga menampilkan table yang berisi rincian informasi dari poligon- poligon tersebut. Jika dilihat pada kolom ‘NAMOBJ’ terdapat sebagian data Kabupaten Rokan Hilir dan Bengkalis.

42 Gambar 43. Rincian informasi administasi Kota Dumai. 4. Langkah selanjutnya adalah untuk menghilangkan poligon dari kabupaten selain Kota Dumai. Cara yang digunakan dengan klik ‘Editor’ pada Editor Toolbar, pilih ‘Start Editing’maka akan popup tab ‘Create Features’ diabaikan saja dengan cara menekan lambang pin. Gambar 44. Tampilan Toolbar Editor dan Tab Create Feature. 5. Selanjutnya klik tab ‘Table’ pada sisi kanan maka akan kembali menimbulkan Attribute Table dari ADMINISTRASIKABUPATEN_AR_50K. Lalu klik kiri gambar (>) langsung klik kanan gambar (>) pada salah satu dari dua kabupaten yang ingin dihapus, dan pilih ‘Delete Selected’.

43 Lakukan hal yang sama pada satu kabupaten lainnya yang ingin dihapus. Lalu tutup dengan menekan gambar pin. Gambar 45. Tampilan Attribute Table dari ADMINISTRASIKABUPATEN_AR_50K. 6. Maka pada tampilan ArcMap hanya akan menampilkan wilayah dari Kota Dumai. Langkah selanjutnya adalah merubah Outline atau batas wilayah sesuai dengan spesifikasi BIG dengan cara double click poligon ADMINISTRASIKABUPATEN_AR_50K lalu klik ‘Edit Simbol’ pada ‘Symbol Selector’.

44 Gambar 46. Tampilan poligon Kota Dumai setelah kabupaten lainnya dihapus. 7. Selanjutnya menampilkan menu pop-up ‘Symbol Property Editor’ ubah ‘Color’menjadi ‘No Color’, selanjutnya pada menu ‘Outline’ akan menampilkan pop- up ‘Symbol Selector’, lalu gunakan simbol ‘Batas Kab/Kota’ dan tekan ‘OK’. Gambar 47. Tampilan menu pop-up Symbol Property Editor dan Symbol Selector.

45 8. Maka garis batas wilayah ini merupakan tampilan batas Kota Dumai dengan spesifikasi BIG dengan warna area ‘No Color’ atau transparent. Gambar 48. Hasil akhir dari batas wilayah kota/kabupaten. 9. Langkah selanjutnya untuk mendapatkan batas-batas dan nama dari masing- masing kecamatan perlu menambahkan f i l e ADMINISTRASIKECAMATAN_AR_50K.shp. 10. Penambahan file dilakukan dengan cara yang sama, Setelah berhasil ditambahkan maka akan menampilkan tampilan seperti gambar dibawah.

46 Gambar 49. Tampilan layout ArcMap setelah ditambahkan data spatial Kabupaten dan Kecamatan. 11. Sama halnya dengan data kabupaten, data kecamatan yang ditampilkan oleh ADMINISTRASIKECAMATAN_AR_50K. shp tidak hanya berasal dari Kota Dumai saja, tetapi juga dengan beberapa kecamatan dari kabupaten lainnya. Oleh hal itu perlu dihapusnya kecamatan yang bukan wilayah Kota Dumai dengan mengikuti Gambar 3.19 - 3.21. 12. Ketika sedang memilih kecamatan, tampilan akan menunjukan posisi kecamatan yang ditandai dengan garis biru. Lalu hapus kecamatan yang diluar garis wilayah Kota Dumai seperti pada gambar 3.21.

47 Gambar 50. Garis biru menunjukkan Kecamatan Bukit Batu yang bukan merupakan wilayah Kota Dumai. 13. Setelah menghapus semua poligon kecamatan yang bukan bagian dari Kota Dumai akan dihasilkan 5 kecamatan yang ditampilkan seperti dibawah. Gambar 51. Tampilan peta yang memiliki batas pada masingmasing kecamatan.

48 14. Selanjutnya mengubah outline atau garis batas masing-masing kecamatan sesuai dengan spesifikasi yang dianjurkan Kepala BIG untuk batas kecamatan dengan mengikuti Gambar 3.223.24. Gambar 52. Batas administasi kabupaten dan kecamatan memiliki simbol yang berbeda. 15. Selanjutnya, untuk memunculkan nama pada setiap kecamatan dapat dilakukan dengan klik kanan pada Layer ‘ADMINISTRASIKECAMATAN’ pilih ‘Properties’ akan muncul pop-up Layer Properties pilih tab ‘Symbology’ lalu klik ‘Categories’ kemudian pada Value Field ganti menjadi ‘NAMOBJ’. Gambar 53. Tampilan Symbology data administrasi kecamatan Kota Dumai.

49 16. Kemudian tampilkan Field NAMOBJ dengan menekan ‘Add All Values’ lalu ubah kembali warna poligon menjadi hijau (Tzavorite Green) dan garis poligon sesuai dengan spesifikasi BIG. Gambar 54. Tampilan Layer Properties ADIMINISTRASIKECAMATAN pada tab Symbology. 17. Jika simbol semua kecamatan telah diubah, jangan tekan ‘OK’ dahulu. Langkah selanjutnya adalah masuk ke Tab ’Labels’. Lalu checked ‘Label features in this layer’, kemudian pada Label Field pilih ‘NAMOBJ’. Kemudian sesuaikan ukuran label yang proporsional, disini menggunakan ukuran ‘Arial 15’ dan tekan ‘OK’

50 Gambar 55. Tampilan Layer Properties ADIMINISTRASIKECAMATAN pada tab Labels. 18. Pada tahap ini, data ADMINISTRASIKECAMATAN telah selesai diolah. Gambar 56. Tampilan akhir setelah data administasi Kabupaten dan Kecamatan diolah.

51 19. Langkah selanjutnya adalah menambahkan data SUNGAI_ AR dan data SUNGAI_LN. Kedua data spatial ini sama-sama berisikan informasi mengenai sungai, namun yang berbeda SUNGAI_AR adalah data vektor berbentuk Area (AR) sedangkan SUNGAI_LN adalah data vektor berbentuk Line (LN). SUNGAI_AR relatif mendata sungai dengan lebar yang luas sedangkan SUNGAI_LN mendata sungai-sungai kecil namun cukup detail. 20. Pada tahap ini, data SUNGAI_AR dan SUNGAI_LN telah selesai diolah. 21. Langkah selanjutnya adalah menambahkan data JALAN_LN. 22. Pada tahap ini, data JALAN_LN telah selesai diolah. 23. Langkah selanjutnya adalah menambahkan data elemen pelengkap seperti DANAU_AR dan RAWA_RN. 24. Pada tahap ini, data elemen pelengkap telah selesai diolah.

RkJQdWJsaXNoZXIy MTM3NDc5MQ==