Firman Syah - Mengenal Ragam Potensi Pariwisata

100 sambungan kayu yang sama dengan sambungan kayu yang terdapat pada salah satu bangunan di Cirebon (merupakan sisa-sisa peninggalan Kerajaan Pajajaran). Alasan tersebut menjadi sejarah Kampung Adat Urug juga tak bisa dilepaskan dari sejarah Prabu Siliwangi yang kisahnya melekat dengan kebudayaan dan adat setempat. Untuk stok padi sendiri tak mengalami kekurangan walau usia sudah berpuluh tahun. Tak heran bila setiap bangunan yang ada di Kampung Adat Urug memiliki seni tersendiri yakni memiliki kolong dan lumbung padi yang bernama leuit. Kehidupan masyarakat di sana memiliki mata pencaharian menanam hingga memanen padi. Beragam upacara pun diadakan seperti sedekah bumi (sebelum menanam) dan upacara seren taun (setelah panen). Dalam tradisi Kampung Adat Urug merawat leuit menunjukkan betapa berharga bangunan mungil untuk bisa ditempati bersama keluarga. Beberapa di antaranya lengkap dengan sepasang alat tumbuk berupa lesung dan alu. Dalam Bahasa Indonesia sering disebut lumbung padi. Setiap lumbung rata-rata memiliki luas 2x3 meter dan tinggi total 4 meter dengan bahan bangunan berupa kayu dan bilik. Keharusan menyimpan padi di lumbung tersebut dilakukan sampai aturan tentang hari pengambilan dikeluarkan. Inilah tradisi yang kemudian ditaati hingga diwariskan kepada generasi berikutnya. Di Kampung Adat Urug, hukum adat diturunkan lintas generasi secara lisan. Oleh karena itu, Abah Ukat sebagai pemangku adat di Kampung Adat Urug, menyebut aturan tersebut sebagai Kitab Carék yang berarti

RkJQdWJsaXNoZXIy MTM3NDc5MQ==