Imam Hariadi Sasongko - Mekanika Tanah 1

30 keadaan plastis dan nonplastis, karena tanah jenis ini tidak plastis untuk semua kadar air. Pada keadaan basah tanah nonkohesif terlihat saling menempel, dan ini biasa disebut sebagai kohesi semu (apparent cohesion) dan akan hilang setelah tanah menjadi kering atau benar-benar jenuh. Albert Mauritz Atterberg (1911) ahli kimia dan ilmuwan pertanian Swedia mengusulkan lima kondisi tanah kohesif, yang akhirnya oleh ahli Mekanika Tanah lainnya, Arthur Casagrande direvisi dan secara luas diakui menjadi Batas-batas Atterberg. Dengan semakin banyaknya kadar air pada tanah kohesif, tanah akan berada pada tiga tingkatan, yaitu: • Batas cair (liquid limit = wl), yaitu kadar air, dimana pada nilai yang lebih cair, tanah akan berperilaku seperti cairan kental. Secara kuantitatif, wl dinyatakan sebagai kadar air, dimana celah tanah yang dibentuk oleh grooving tool pada mangkok casagrande akan menutup sepanjang 0.5 inch apabila diketuk dengan tinggi jatuh 1 cm sebanyak 25 kali ketukan. • Batas plastis (plastic limit = wp), yaitu kadar air, dimana pada nilai dibawahnya, tanah tidak lagi berperilaku sebagai bahan plastis. Secara kuantitatif dinyatakan bahwa batas plastis merupakan kadar air, dimana tanah yang dibentuk menjadi seperti lidi akan retak-retak pada diameter 3 mm. • Batas susut (shrinkage limit = ws), merupakan kadar air yang didefinisikan pada derajad kejenuhan = 100%, dimana untuk

RkJQdWJsaXNoZXIy MTM3NDc5MQ==