Ina Sukaesih - Langkah Praktis Menerjemahkan

12 Menurut Nord (1997:15) interaksi komunikasi manusia terjadi dalam situasi yang dibatasioleh waktu dan ruang. Hal ini berarti situasinya memiliki dimensi historis dan kultural dalam bentuk prilaku verbal maupun non-verbal, dibatasi oleh ekspektasi, pengetahuan dan penilaian(appraisal) para komunikan, juga dibatasi oleh sudut pandang (standpoint) komunitas budaya dimana mereka berada. Apabila sender dan receiver berasal dari komunitas budaya yang berbeda, maka komunikasi mereka memerlukan perantara (intermediary) yang memungkinkanmereka untuk berkomunikasi melewati batas waktu dan ruang. Oleh karena itu, penerjemah berperan penting untuk mengembangkan komunikasi yang terjadi antara anggota komunitas yang berbeda budaya.Penerjemah dapat menjembatani kesenjangan (gap) antara berbagai perbedaan prilaku baik verbal maupun nonverbal, perbedaan ekspektasi, pengetahuan, dan perspektif yang mengakibatkan sender dan receiver tidak mungkin berkomunikasi secara efektif. Dengan demikian, penerjemah memiliki peran ganda yaitu sebagaireceiver sekaligus sender atau komunikator yang menjembatani alur informasi dari penulis ke pembaca. Dalam menjalankan peran gandanya, seorang penerjemah selayaknya mampu meminimalisir unsur subyektivitas. Untuk itu setiap penerjemah perlu memiliki suatu pedoman dalam pemadanan dan pengubahan (Machali, 2000:104). Sejalan dengan penjelasan di atas, Nida dan Taber (1969: 12) berpendapat bahwa penerjemahan adalah proses reproduksi padanan

RkJQdWJsaXNoZXIy MTM3NDc5MQ==