35 akan berbeda dengan konsep yang dimiliki oleh orang Eropa. Contoh lain dari buku TMRDR misalnya, konsep”village” bermakna desa atau kampung. Namun, konsep ini pada masyarakat Minangkabau memiliki makna berbeda dengan ”desa” yang dipahami secara umum di Indonesia karena adanya hubungan kekerabatan dalam wilayah tersebut. Penerjemah lebih memilih menggunakan kata lokal, yaitu ”nagari” agar juga memberi kesan dan konsep berbeda bagi pembaca. Artinya, beberapa pilihan kata sangat dipengaruhi oleh konteks budaya masyarakat pembaca. Penggunaan terjemahan yang langsung dari kamus terkadang tidak dipahami sama seperti yang dimaksudkan pada Tsu. Pengambilan keputusan dalam proses penerjemahan sangat dipengaruhi oleh kompetensi kebahasaan, tekstual, penguasaan budaya (cultural competence), bidang ilmu,dan kompetensi transfer yang dimiliki penerjemah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kompetensi dan latar belakang penerjemah sangat berpengaruh pada proses penerjemahan, dan proses penerjemahan sangat berpengaruh pada kualitas terjemahan (Nababan, 2007: 18). 2.2 Kategori Budaya Newmark (1988: 94) mendefinsikan budaya “…as the way of life and its manifestation”, yang berarti “…sebagai cara hidup dan manifestasinya”. Cara hidup dan manifestasi tersebut khas bagi sebuah komunitas yang menggunakan bahasa tertentu sebagai sarana berekspresi. Dalam mengklasifikasikan unsur budaya, Newmark menggolongkan unsur budaya kedalam lima kategori. Berikut
RkJQdWJsaXNoZXIy MTM3NDc5MQ==