38 saja menjabat tangganmu, tapi kurasa kau harus memegangi handukmu erat-erat sampai sudah memakaibaju.” 2.3 Penerjemahan dan Budaya Penerjemahan teks selalu terkait erat dengan masalah budaya. Pemahaman budaya Bsu dan Bsa bagi seorang penerjemah adalah merupakan keharusan, jika tidak seorang penerjemah akan gagal merekonstruksi makna dari Bsu ke Bsa. Budaya dan sistem nilai yang dianut suatu komunitas berbeda satu sama lain. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Nord (1997:2) “In translation, senders and receivers belong to different cultural groups in that they speak different languages, Non-verbal forms of behaviour may be different aswell.”. Oleh karena itu, penerjemahan bukan sekedar upaya memproses informasi dari Bsuke Bsa, tetapi pemindahan teks Bsu ke Bsa harus sepadan baik dari aspek semantik maupun aspek pragmatisnya. Sebab tujuan akhir penerjemahan adalah bagaimana penerjemah bisa membantu pembaca teks Bsa memahami pesan yang dimaksud oleh penulis asli teks Bsu. Tugas pengalihan ini menempatkan penerjemah pada posisi yang sangat strategis dalam menyebarluaskan informasi baik berupa pesan-pesan, Ilmu pengetahuan maupun teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat. Meski banyak yang mengatakan bahwa penerjemah yang baik adalah orang yang menguasai 2 bahasa dan 2 kultur (Bsu dan Bsa) tetapi menurut Nida (2005:4) pendapat ini tidak selalu benar. Banyak orang yang menguasai 2 bahasa dan 2 budaya tetapi merekabukan penerjemah yang baik,hal ini bisa terjadi apabila penerjemah tidak
RkJQdWJsaXNoZXIy MTM3NDc5MQ==