Ina Sukaesih - Langkah Praktis Menerjemahkan

44 orientasi Bahasa sumber atau Bahasa sasaran. Satu ideologi berorientasi dengan bahasa sumber, sedangkan satu ideologi lainnya berorientasi dengan bahasa sasaran. Penerjemah akan dihadapkan dengan dua pilihan tersebut. Berikut ini dijelaskan penjabaran kedua kutub ideology dalam penerjemahan. 3.2 Foreignisasi dalam Penerjemahan Ideologi foreinisasi (pemancaan) sangat berorientasi pada budaya bahasa sumber. Para penerjemah yang menganut ideologi foreinisasi berupaya untuk mempertahankan apa yang asing dan tidak lazim bagi pembaca sasaran tetapi merupakan hal yang lazim, unik, dan khas dalam budaya bahasa sumber (Mazi Leskovar, 2003: 5). Bagi mereka, terjemahan yang bagus adalah terjemahan yang tetap mempertahankan gaya dan cita rasa kultural bahasa sumber. Penerapan ideologi foreinisasi diwujudkan melalui penggunaan metode penerjemahan kata demi kata, penerjemahan harfiah, penerjemahan setia dan/atau penerjemahan semantik. Dari aspek pemadanan, ideologi foreinisasi sangat tergantung pada pemadanan formal (formal equivalence). Sejalan dengan pemikiran Leskovar, Lawrence Venuti (1995:4) juga menjelaskan bahwa foreinisasi adalah sebagai berikut: “…one is trying to keep the author still while leading the reader to close theauthor.” (Venuti, 1995:4) Kutipan di atas mengatakan bahwa foreinisasi mencoba untuk menjaga penulis seiring mendekatkan pembaca kepada penulisnya. Menurut ideologi ini, penerjemahan yang baik dan benar harus sesuai dengan selera dan harapan pembacayang menginginkan

RkJQdWJsaXNoZXIy MTM3NDc5MQ==