Murie Dwiyaniti - Instrumentasi & Proses Kontrol

289 Standar menyebut safety availability kalau fasilitas didesain untuk remote area, tanpa operator standby (un-manned) dan sangat berbahaya bagi orang yang dapat ter-expose, maka SIL harus menggunakan tingkat 3 & 4 di field dihindari karena akan membutuhkan monitoring dan maintenance yang sangat sering (akhirnya akan dikunjungi juga). Namun kalau fasilitas itu kritikal dari sisi operasi availability, manned, dan urusan maintenance tidak persoalan, maka SIL 3 atau 4 dapat diterapkan. Dari hal tersebut dapat diambil diterapkan PFD (final control element) + PFD (Sensor) + PFD (Logic Solver) dengan human factor and operation & maintenance program. Jika fasilitas produksi terpasang dengan SIL-1, apakah plant dengan SIL tersebut ini dalam kondisi level safety-nya (secara menyeluruh) cukup memprihatinkan? Karena sebagai bagian dari plant operations maka reliability dari peralatan (pompa, separator, column, dan lain-lain) dalam melaksanakan "fungsi kerjanya" dengan bimbingan system instrumentasinya rendah atau plant tidak reliable? SIL = 1 untuk berbagai plant atau instalasi migas di indonesia, kemungkinan atau peluang terjadinya failure masih relatif kecil karena PFD masih bernilai= 0,1-0,01. Kita dapat membenarkan bahwa SIL adalah satuan kinerja (lebih tepatnya nilai integritas kinerja suatu fungsi keselamatan) untuk sebuah fungsi safety instrumented. Perlu diingat fungsi adalah pasangan antara initiator-logic solver dan final element. Pada kenyataannya sebuah fungsi bisa saja terdiri dari beberapa initiator (biasanya dilakukan voting atau mode pemilihan, misal 1002, 2003,

RkJQdWJsaXNoZXIy MTM3NDc5MQ==