Murie Dwiyaniti - Instrumentasi & Proses Kontrol

325 sedang berjalan, bukan yang lain pula kalau ada. Fungsinya hanya satu diam saja membuka ketika proses berjalan normal dan tiba-tiba menutup ketika harus shutdown. Bedakan fungsinya dengan control valve yang untuk mengatur aliran secara analog (0 % - 100% ) dan bedakan juga dengan on-off valve yang mengatur aliran secara diskrit (0% or 100%) untuk regulatory control atau process control. Ada juga SDV yang memberikan fasilitas parsial stroke untuk maintenance, hanya untuk membuktikan bahwa SDV tidak dalam kondisi stuck. Shutdown pada umumnya menggunakan ball valve Untuk mengetahui kapan SDV harus bekerja maka harus berdasarkan pada 'Cause and Effect Matrix' atau 'SAFE chart' atau bisa juga 'shutdown logic diagram'. Penyebab shutdown berasal dari sensor yang dapat diinisiasi dari intenal proses (contoh: overpressure yang berupa pressure hi-hi (PSHH) atau level hi-hu (LSHH)) dan atau yang berasal dari hazard environment (fire and gas system). Kerja logic-nya dijalankan oleh PLC/DCS kemudian mengirimkan signal 24 VDC ke solenoid valve di setiap SDV. Dalam kondisi energize, solenoid akan melewatkan udara ke actuator menutup vent. Begitu kondisi de energized (atau fail) maka solenoid membuka vent, artinya membuang udara dari actuator Sehingga spring SDV kembali ke kondisi relax nya yaitu ball valve closed. Sebaliknya Blowdown Valve (BDV) adalah valve yang bekerja apabila ada abnormal kondisi maka dia akan membuka penuh (fully open). Sedangkan dalam kondisi normal maka valve ini akan menutup Dalam kendisi ESD (Emergency Shutdown) maka BDV akan membuka penuh dan mengalirkan gas yang ada di line

RkJQdWJsaXNoZXIy MTM3NDc5MQ==