30 gah keluar masuknya gas yang dapat mengganggu kualitas produk pangan, seperti oksigen, karbon dioksida, dan etilen, yang terlibat dalam proses respirasi. kemasan edible juga dapat memberikan ker- apatan pada permukaan dan mencegah hilangnya komponen penting lainnya. Umumnya ketebalannya kurang dari 0,3 mm (Huber & Em- buscado, 2009). Kemasan edible dapat didefinisikan sebagai pelapis tipis yang melapisi suatu bahan pangan dan aman untuk langsung dimakan, yang dapat memperbaiki kualitas pangan, memperpanjang masa simpan pangan, meningkatkan efisiensi ekonomis, mengham- bat dari perpindahan uap air dan berbagai gas (Julianti & Nurminah, 2006). Berbagai kelebihan dimiliki oleh kemasan edible dibanding- kan dengan kemasan non-edible yaitu yang pertama kemasan ini dapat langsung dikonsumsi bersama pangan yang dikemas sehing- ga tidak terdapat sampah dari kemasan. Kedua kemasan ini dapat digunakan sebagai teknik pengawetan pangan, karena kemasan ini dapat ditambahkan senyawa-senyawa yang bersifat antimikroba dan antioksidan, sehingga menghambat kerusakan akibat mikroba atau oksidasi. Ketiga kemasan ini dapat meningkatkan sifat organolep- tik pangan karena didalam kemasan edible kita bisa menambahkan komponen flavor, pewarna, dan pemanis. Selanjutnya, kemasan edi- ble ini dapat digunakan sebagai suplemen gizi produk yang dikema- sanya, dengan menambahkan komponen-komponen gizi di formula- si kemasan edible. Pengembangan kemasan edible telah dilakukan Ramadhanti dan Ningtyas (2021) dengan membuat kemasan edible coating yang memiliki kemampuan antimikroba (keragenan dengan penambahan konsentrasi ekstrak bawang putih) yang diaplikasikan pada bakso ikan gurami. Pengembangan lain (Ningtyas, 2017; Ningtyas, 2018) juga sebelumnya mengembangan kemasan edible berbasis pure jam- bu biji untuk buah jeruk dan straubery.
RkJQdWJsaXNoZXIy MTM3NDc5MQ==