Rina Ningtyas - Tren Teknologi Kemasan Pangan

27 galami proses karbonisasi adalah bahan minuman seperti bir, minu- man-minuman tidak beralkohol (soft drink) seperti coca-cola, fanta dan sejenisnya (Sucipta et al., 2017). c. perubahan Oksigen Produk yang mudah mengalami oksidasi akibat bereaksi den- gan oksigen harus dikemas dengan kemasan yang tidak dapat ditem- bus okigen, baik menggunakan kemasan yang dihampa udarakan (vacuum) maupun kemasan yang diberi gas pengisi (MAP). Umum- nya pangan yang mengandung lemak mudah mengalami oksidasi dan akan cepat tengik bila dibiarkan berhubungan dengan udara be- bas (Sucipta et al., 2017). Pangan segar yang memiliki tingkat respirasi dan kelembaban relatif tinggi, membutuhkan kemasan dengan derajat permeabilitas yang tinggi untuk memungkinkan perpindahan oksigen dan karbon dioksida ke lingkungan atmosfir di sekitarnya tanpa kehilangan ka- dar air yang menyebabkan kehilangan berat dan penyusutan/pengeri- putan bahan (Julianti & Nurminah, 2006). d. migrasi komponen volatile Untuk mengemas produk yang banyak mengandung senyawa volatile (mudah menguap) diperlukan bahan kemasan yang kedap gas dan uap air. Contoh rempah-rempah, wangi-wangian yang men- gandung zat volatil umumnya kualitas ditentukan dari komponen volatile pada produk tersebut. Selain itu, pada bahan yang mudah menyerap bau, yaitu contohnya susu atau kopi, harus menggunakan kemasan yang mampu mencegah masuknya zat ke dalam kemasan (Sucipta et al., 2017). e. perubahan pada karakteristik pangan akibat paparan sinar ultra violet Beberapa pangan akan rusak bila langsung kena cahaya, seh- ingga mmebutuhkan kemasan yang tidak transparan, sehingga ke- masan yang dapat menahan sebagian sinar dan kerusakan pangan tersebut dapat diperkecil. Bir biasa dikemas dalam botol yang ber- warna hijau untuk mengurangi sinar masuk, dan dianjurkan disim- pan di tempat gelap, demikian juga beberapa jenis obat banyak yang diisyaratkan untuk disimpat di tempat gelap (Sucipta et al., 2017).

RkJQdWJsaXNoZXIy MTM3NDc5MQ==