Amalia - Material Bangunan

82 Pada pembakaran batu kapur terjadi 2 hal: 1) Pembakaran tidak sempurna dimana bagian dalam butiran batu kapur tidak mengalami penguraian dan batu kapur akan merupakan butiran-butirab kecil yang tidak terbakar. Biasanya suhu pembakaran di bawah suhu desosiasi. 2) Suhu yang terlalu tinggi dan pembakaran yang terlalu lama , menyebabkan batu kapur terbakar lewat/mencapai titik lelehnya. Oksida kapur yang terbentuk volumenya menyusut 25 – 50 % sehingga menjadi keras dan pori-porinya menjepit. Kondisi ini membuat kapur sukar bereaksi dengan air/sukar dipadamkan. Kedua hal ini diusahakan tidak terjadi karena kapur yang dihasilkan berbutir kasar dan mengganggu pada saat pemakaian kapur. Pembakaran kapur di lakukan di tumgku-tungku pembakaran yang dindingnya menggunakan bata tahan api. Ada 2 jenis tungku pembakaran, yaitu tungku tegak ( shaft kiln) dan tungku putar. Tungku tegak digunakan untuk membakar batu kapur dengan ukuran butiran kecil, sedangkan tungku tegak digunakan untuk ukuran butiran besar. Tungku yang biasa digunakan adalah tungku tegak, dengan tinggi 6 – 14 meter, diameter 1,5 – 3,6 meter. Bahan bakar yang digunakan berupa kayu bakar dan minyak bakar. Untuk di Indonesia, masih menggunakan tungku tegak tradisional. Proses pembakaran di dalam tungku: 1) Batu kapur dimasukkan dari bagian atas tungku. Ukuran batu kapur 10 – 20 cm. 2) Bahan bakar dipasang di bagian bawah, sedikit di atas dasar tungku.

RkJQdWJsaXNoZXIy MTM3NDc5MQ==